Search This Blog

Kamis, 06 November 2008

Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin


Al-Ikhwan.net | 20 September 2007 | 8 Ramadhan 1428 H | 2.296 views
DR. Muhammad Mahdi Akif
Kirim | Print

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, kita bershalawat dan salam atas penghulu para nabi; nabi Muhammad saw, pembawa hidayah yang amin, beserta para keluarga, sahabat semua, selanjutnya:

Bahwa orang yang sedang memperhatikan dunia saat ini akan melihat secara nyata bahwa dunia sedang dikuasai oleh kekuatan jahat dan angkuh individual yang dikomandani oleh Amerika dan para sekutunya menanamkan sistem dan pemerintahan sehingga mengokohkan politiknya dengan alasan maslahah, atau system dan pemerintahan pembantaiaan yang bekerja untuk mencari keinginannya untuk dapat kokoh dalam pemerintahan selama-lamanya –sepanjang mungkin-.

Pada fase yang kritis ini umat berada pada kondisi yang sulit yang mengharuskan lebih cermat dalam melihat hakikat perannya yang diidamkan dalam memimpin umat dari sisi social, seperti yang diingikan oleh Allah dalam firman-Nya :

﴿كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ﴾ (

Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia, mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah” (Ali Imron : 110)

Namun peran yang diidamkan tersebut tidak akan mampu mewujudkan mimpi dan merealisasikan cita-cita sehingga harus ada dari umat yang lahir, dan dari yang lahir harus ada buaian, dan dari buaian harus ada rasa sakit (cobaan), bahwa buaian untuk fajar yang baru, hari esok yang akan datang membawa bendera kebenaran, mataharinya yang bersinar terang dan ufuk kebebasan, jika tidak

﴿وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ﴾

Jika kalian menyimpang maka akan diganti dengan umat yang lain selain kalian dan tidak akan menjadi seperti kalian. (Muhammad: 38)

Bahwa bangsa umat islam harus memiliki kepercayaan akan potensinya untuk merasakan memiliki sebab-sebab kebangkitan bahkan kebangkitan dunia, yaitu untuk melawan kekuatan jahat dan angkuh yang berusaha memadamkan cahaya Islam sehingga tidak menyebar kepenjuru alam.

﴿يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴾“

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, padahal Allah lah pemilik kesempurnaan cayaha-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya”. (As-Shaf : 8 )

Tidak diragukan lagi bahwa urgensi yang harus dicapai oleh seluruh bangsa mencakup dua hal; yang pertama: membersihkan diri dari segala ikatan politik sehingga mendapatkan kemerdekaannya, kembali kepadanya sesuatunya yang telah membelenggunya kemerdekaannya dan kepemimpinannya. Kedua: membangun kembali jalan untuk masuk di tengah umat, berlomba pada selainnya dalam tingkat sosial yang sempurna.

Bahwa para penguasa yang angkuh berusaha menghancurkan perlawanan dalam diri bangsa, membendung ruh cita-cita yang dimiliki, menyebarkan kekalahan jiwa yang ada di dalam dirinya; agar bangsa tetap berada dalam tawanan (penjara) yang sirna rasa kebangkitan umat telah terbius dengan penindasan.

﴿وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلاً أَنْ يَقُولَ رَبِّي اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ ﴾

Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki Karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah padahal dia Telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. dan jika ia seorang pendusta Maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Ghafir : 28)

Pada waktu hati umat bangkit dan mulai muncul kebangkitannya, umat yang memiliki kemauan dan kepercayaan diri akan mampu mensetting dan membangun masa depannya… ketika itu akan memiliki kesadaran hakikat peran yang telah digariskan oleh Islam, dan saat mampu menghilangkan segala wasiat kecuali wasiat Tuhan semesta alam.

Kepada para pemimpin

Bahwa Islam telah menetapkan kekuasaan rakyat dan menegaskannya, dan mewasiatkan bahwa setiap muslim memilik hak politik, memiliki perhatian dengan urusan masyarakatnya, memantau gerak-gerik pemerintahannya dengan selalu memberikan nasihat dan arahan.

Nabi saw telah bersabda :

“الدين النصيحة. قالوا: لمَن يا رسول الله؟ قال: لله ولرسوله ولكتابه ولأئمة المسلمين وعامتهم”.

“Agama itu nasihat. Kami bertanya : Bagi siapa? Rasulullah bersabda : Bagi Allah, KitabNya, RasulNya, para pemimpin muslim, dan bagi kaum muslimin pada umuMnya.(HR Muslim)

Beliau juga bersabda :

“إن من أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر”

Sebaik-baik jihad adalah menyampaikan kebenaran dihadapan pemerintah jahat”

: “سيد الشهداء حمزة بن عبد المطلب ورجلٌ قام إلى إمامٍ جائرٍ فأمره ونهاه فقتله”

Nabi juga bersabda : pemimpin para syuhada adalah Hamzah, dan seseorang yang berdiri tegak dihadapan pemimpin kejam, lalu mencegahnya lalu dia membunuhnya”

Sesungguhnya Allah akan menuntun kalian wahai bangsa Arab dan umat Islam, menanyakan apa yang telah kalian lakukan dari kepemimpinan kalian dan apa yang kalian persembahkan, dan ketahuilah bahwa kalian akan berdiri dihadapan Allah pada hari kiamat untuk menghisab kalian baik yang kecil hingga yang besar… jika Allah telah mengharamkan kedzaliman terhadap dirinya dan mengharamkan kepada hamba-hamba-Nya dan memerintahkan kita untuk tidak melakukan kedzaliman… karena itu Allah mengancam orang-orang yang melakukan kedzaliman dengan akibat yang buruk.

Allah berfirman :

﴿وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأَبْصَارُ. مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ ﴾

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong”.

Sesungguhnya ikhwan tidak hanya berbicara terbatas pada kelompok, partai atau pemilu, namun mereka selalu berbicara dengan penuh kejujuran dan keikhlasan agar terwujud kemaslahatan Negara dan kebangkitan bangsa, bahkan di antara mereka ada yang berambisi untuk mendapakan ridla Allah pada akhirat kelak, karena itu mereka berharap mendapatkan telinga yang terbuka dan akal yang jernih.

Ikhwanul muslimin juga mengingatkan kalian akan urgensi menjaga keinginan bangsa kalian, memelihara hak dan kebebasan mereka, sebagaimana juga mengingatkan kalian bahwa maslahat di antara kalian dan bangsa adalah jalan terbaik menuju keamanan Negara dan ketentramannya, ditambah dengan kemerdekaan mengeluarkan ekspresi dan potensi dalam menghadapi rintangan.

Bahwa musuh telah menyerang Negara Palestina, Iraq dan Afganistan, mengepung Iran dan Somalia, bersekongkol terhadap Sudan, Syiria dan Lebanon, jadi dimana kalian semua?

Hendaknya kalian harus memiliki proyek khusus, demi kemaslahatan Negara dan bangsa kalian, dalam menghadapi proyek Amerika Zionis yang berusaha menundukkan umat dan memudarkan kesemangatan serta merampas sumber daya alamnya, proyek yang bertujuan memecah belah Negara dan membuat peta baru dengan cara ekstrim untuk menjamin keamanan kedudukan Zionis pada setiap Negara-negara arab.

Kepada para Ikhwan saya sampaikan

Kepada mereka yang berada di penjara dan terhalang antara kami dan mereka jeruji besi…

Kepada keluarga para ikhwan kami sampaikan: bahwa do’a tidak akan pernah terputus, disetiap shalat dan sujud kami berharap memberikan jalan keluar, memperat hati dan melapangkan dada, dan ketahuilah bahwa kondisi yang permanen adalah mustahil, bersama kesempitan ada kelonggaran, bahwa politik pemaksaan, kekerasan, tekanan dan kediktatoran tidak akan berlangsung lama kecuali bertolak belakang dari tujuannya, mereka tidak mampu merealisasikan tujuan dan keinginan mereka, yaitu dalam menghadapi kekokohan, keteguhan, keimanan dan kesabaran kalian dengan kelemahan yang sangat… percayalah kepada Allah dan bertawakkallah hanya kepada-Nya, serahkan segala urusan kepada-Nya, yakinlah bahwa Allah memperlambat dan bukan mengacuhkan sehingga jika Dia menyiksa orang yang dzalim tidak ada yang mampu menghalangi, bahwa siksanya sangatlah pedih, dan hanya milik Allah segala perkara setelah dan sesudahnya… “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (Hud : 123)

___

(Taujih Mursyid, 30-8-2007)

Minggu, 10 Agustus 2008

Tsiqoh

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul." Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku."( Asy Syu'araa' (26): 61-62)

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (At Taubah (9): 40)

Ust. Abdul Halim Mahmud mendefinisikan Tsiqoh sebagai kondisi hati yang tenang tanpa keraguan baik dalam konteks pribadi maupun berjama’ah. Ketenangan inilah yang membuat Sayyid Quthb mantap menuju tiang gantungan, kisah bilal yang begitu sabar dan ketenangan dan keteguhan Hamas menghadapi tekanan Israel dan Dunia Internasional.

Urgensi Tsiqoh:

1. Secara pribadi menguatkan eksistensi dan penguatan diri

2. Secara jama’ah membentuk kekuatan jama’ah mejadi besar

3. Secara sosial merupakan tuntutan syar’I untuk membentuk ukhuwah Islamiyah dan wihdatul ummah.

Kisah Khalid bin Walid ketika disampaikan oleh Abu Ubaidah tentang pemecatannya oleh Umar bin Khattab ia tetap berjihad dengan penuh semangat. Dan menyatakan,”saya akan tetap tsiqoh dengan Umar.” Dalam konteks tsiqoh terhadap kekuatan pribadidalam memenangkan dakwah kita dapat bercermin dari kisah Askhabul Ukhdud. Seorang anak muda yang memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa bisa memenangkan dakwah. Walaupun ia dan para objek dakwahnya semuanya syahid, namun mereka mendapatkan kemenangan yaitu keridhaan dari Allah Swt.

Bentuk-bentuk Tsiqoh:

1. Kepada Allah

a. Allah Swt selalu bersama kita

b. Yakin Kemenangan pada orang-orang Mukmin (Q.S An Nur: 55)

2. Kepada diri Sendiri

3. Kepada Manhaj

a. Sumber Manhaj (Q.S Al Hajj: 62) bisa juga kisah Umar bin Khattab ketika mencium Hajar Aswad dengan mengatakan,” Aku tahu engkau hanyalah sebuah batu, tetapi aku melihat Rasulullah menciummu, karena itulah aku juga menciummu.”

b. Proses penurunan manhaj

c. Substansi manhaj yang bersifat umum

d. Subtansi manhaj yang bersifat rinci

4. Kepada Pemimpin

5. Kepada Jundiah

6. Kepada sesama Mukmin

(Bangkinang, 09 Agustus 2008, Sabtu, 11:29 WIB)

Merawat Militansi

Militansi adalah komitmen, hamasah dan tadhiyah di dalam dakwah. Allah Swt berfirman :

“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti” (Q.S Al-Anfal (8): 64-65)

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." " (Q.S Al-Baqarah (2): 249-250)

Syarat-syarat mendapatkan militansi:

v Memahami kebenaran hanya milik Allah Swt

v Kesabaran

Kekuatan pemenangan di dalam dakwah bukan hanya kualitas dan kuantitas kekuatan secara keduniaan (peralatan, kader, strategi dan lain sebagainya) tetapi lebih bertumpu pada “Biiznillah” inilah yang disebut dengan Nasrumminallah (Pertolongan dari Allah Swt.

Ketegaran dan militansi dalam dakwah seimbang dengan tingkat pemahaman dan kesabaran. Kesabaran ini lebih berfungsi untuk meningkatkan kekuatan ketika menghadapi beban-beban dakwah.

Cara merawat militansi:

v Meningkatkan ilmu dan pemahaman (bisa kita saksikan pada para kisah sahabat dan salafussalih bagaimana tekad mereka untuk meningkatkan pemahaman keagamaannya)

v Meningkatkan keimanan

v Menghindari maksiat dan dosa besar (Allah akan menunda kemenangan walaupun usaha kita sudah maksimal, karena ada sebagian dari aktivis dakwah yang bermaksiat)

Peran kita sebagai aktivis dakwah, apalagi dalam posisi sebagai qiyadah dan Murabbi harus mampu mengobarkan semangat para junud dan Mutarabbi kita sehingga walaupun mereka merasa berat untuk melaksanakan beban dakwah, dengan motivasi dari kita mereka akan bersemangat dalam melaksanakan amanah tersebut. Karena saat kita berada sekarang ini adalah masa transisi yang kadangkala kita harus bekerja over cavacity.

Kisah perang Badar dapat kita ambil sebagai pelajaran semula ada keberatan, namun Rasulullah berhasil meningkatkan semangat para sahabat untuk beperang dan biiznillah Allah Swt memberikan kemenangan.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna:” Kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia.”

(Bangkinang, 09 Agustus 2008, Sabtu, 10:03 WIB)

Minggu, 13 Juli 2008

Hidayah


“orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, Allah menghapus segala amal mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebaikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad, dan itulah kebenaran dari tuhan mereka; Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (Q.S Muhammad (47) : 1-2)

“Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, yaitu diantara orang-orang yang telah diberikan kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik) dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S Al Maidah (5) : 57)

hidayah pada sisi Allah itu kadarnya tetap dan tidak berubah. Namun penerimaan kita terhadap hidyah itulah yang membuat hidayah kita terima kadarnya sesuai dengan kekuatan yang dominan yang ada dalam diri kita. Pada surat Al Maidah ayat 57 ini tersirat pada kita bahwa bukan tidak mungkin seorang muslim akan menjadi murtad. Maka hidayah perlu kita pupuk dan lestarikan. Indhibat dalam tarbiyah Dzatiyah adalah salah satu usaha memupuk dan melestarikan Hidayah.

Hidayah itu akan diberikan ketika kita mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga karena itulah orang yang berputus asa lalu bunuh diri sangat dimurkai oleh Allah Swt. Di lapangan dakwah terkadang ada anggapan uyang berbeda dalam memahami aktivitas dakwah. Bahkan terkadang secara nilai-nilai Islami itu sudah keliru. Komitmen kita dalam dakwah adalah komitmen syariah, bukan pada senioritas. Komitmen kita adalah kepada system dan manhaj bukan semata bertumpu kepada individu yang ada di dalamnya.

Keluasan dakwah ini nantinya akan membuat kita objektif memandang masalah. Kita memandang masalah berdasarkan latarbelakang masalah bukan pada latarbelakang orangnya.

Dalam aktivitas amal jamai diperlukan adanya lapangdada. Karena banyak sekali masalah inshilah dalam suatu jamaah dakwah bukan karena masalah sistemnya tetapi lebih kepada terganggunya hubungan personal dan anter personal dalam aktivitas dakwah sesama aktivis dakwah.

Dari sinilah nantinya orang-orang kafir dan orang-orang yang tidka suka pada dawkah ini akan menyulut api kebencian dan perpecahan antara sesama aktivis dakwah seperti yang dijelaskan dlam surat Muhammad diatas.

Kalau komitmen kita kepada syariah akan mejaga dan melestarikan hidayah yang telah diberikan oelah Allah. Sehingga nanti Allah sendiri yang akan memperbaiki diri kita. Sehingga dapat kita simpulkan komitmen syariah itu sangat penting dalam menjaga hudayah dan keikhlasan kita dalam berdakwah

(Pekanbaru, kamar kostku, 12 Juli 2008 15:00 WIB)

Pemahaman Dakwah

Pertemuan dengan Rasulullah hanya akan dapat terjadi kalau kita betul-betul mencintai beliau. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat langka. Kita lihat juga Ulama-ulama Klasik dan Kontemporer hapal Alquran mulai dari usia kanak-kanak. Saya Berkeyakinan ada hubungan yang sangat erat antara pemahaman aqidah dengan hapalnya mereka Alquran pada masa kanak-kanak. Saat sekarang ini saya belum mendapatkan penelitian yang baik dan sistematis tentang hubungan kesalehan dan kecerdasan bedasarkan konsep penghapalan Al Quran di mulai dari masa kanak-kanak.

Penelitian ini bisa dilakukan dengan mengadakan pengamatan yang intensif terhadap seorang anak yang memang didik dengan Al Quran. Sampai pada waktu umur tertentu dilihat perkembangan kepribadian dan kecerdasannya. Mungkin nanti kita dapat melakukan penelitian kita terhadap anak-anak kita sendiri Insya Allah.

Saat sekarang ini diperlukan inisiatif dari para kader untuk proaktif melakukan suatu amal. Kisah-kisah yang dapat kita teladani dari Imam Syahid Hasan Al Banna antara lain adalah kemampuan beliau untuk mencari tema-tema yang bisa mendekatkan semua orang.

Memasuki dakwah dalam tahapan politik (Mihwar Muassasi) kita akan berhadapan dengan orang-orang yang akan siap menumbangkan dakwah kita ini. Mereka adalah musuh Allah, musuh Islam dan musuh kita sendiri. Mereka itu adalah tiga golongan yang telah kita ketahui bersama yaitu : Atheis, Musyrik dan Munafik. Maka kita harus menyiapkan perangkat-perangkat kekuatan dalam rangka menyongsong era pengelolaan kekuasaan negara (Mihwar Dauli).

Sehingga para pendahulu dakwah ini menegaskan kepada kita. Semakin berkembang suatu jamaah dakwah maka proses seleksi harus semakin di perketat. Demikian juga dengan kecerdasan dalam menentukan tema-tema dakwah yang bisa mendekatkan kita dengan objek dakwah. Karena kita akan bersingggungan dengan semua tipe pola pikir manusia. Selain itu yang kita butuhkan adalah kecerdasan mengelola perubahan dan kekuatan perencanaan.

(Pekanbaru, Kamar Kostku, 13 Juli 2008 17:08 WIB)