Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul." Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku."( Asy Syu'araa' (26): 61-62)
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (At Taubah (9): 40)
Ust. Abdul Halim Mahmud mendefinisikan Tsiqoh sebagai kondisi hati yang tenang tanpa keraguan baik dalam konteks pribadi maupun berjama’ah. Ketenangan inilah yang membuat Sayyid Quthb mantap menuju tiang gantungan, kisah bilal yang begitu sabar dan ketenangan dan keteguhan Hamas menghadapi tekanan Israel dan Dunia Internasional.
Urgensi Tsiqoh:
1. Secara pribadi menguatkan eksistensi dan penguatan diri
2. Secara jama’ah membentuk kekuatan jama’ah mejadi besar
3. Secara sosial merupakan tuntutan syar’I untuk membentuk ukhuwah Islamiyah dan wihdatul ummah.
Kisah Khalid bin Walid ketika disampaikan oleh Abu Ubaidah tentang pemecatannya oleh Umar bin Khattab ia tetap berjihad dengan penuh semangat. Dan menyatakan,”saya akan tetap tsiqoh dengan Umar.” Dalam konteks tsiqoh terhadap kekuatan pribadidalam memenangkan dakwah kita dapat bercermin dari kisah Askhabul Ukhdud. Seorang anak muda yang memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa bisa memenangkan dakwah. Walaupun ia dan para objek dakwahnya semuanya syahid, namun mereka mendapatkan kemenangan yaitu keridhaan dari Allah Swt.
Bentuk-bentuk Tsiqoh:
1. Kepada Allah
a. Allah Swt selalu bersama kita
b. Yakin Kemenangan pada orang-orang Mukmin (Q.S An Nur: 55)
2. Kepada diri Sendiri
3. Kepada Manhaj
a. Sumber Manhaj (Q.S Al Hajj: 62) bisa juga kisah Umar bin Khattab ketika mencium Hajar Aswad dengan mengatakan,” Aku tahu engkau hanyalah sebuah batu, tetapi aku melihat Rasulullah menciummu, karena itulah aku juga menciummu.”
b. Proses penurunan manhaj
c. Substansi manhaj yang bersifat umum
d. Subtansi manhaj yang bersifat rinci
4. Kepada Pemimpin
5. Kepada Jundiah
6. Kepada sesama Mukmin
(Bangkinang, 09 Agustus 2008, Sabtu, 11:29 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar